Selasa, 02 September 2008

Es Tiga!

Es Tiga!
Ungkapan di atas bukan dimaksud untuk memesan tiga gelas es dawet atau tiga bongkah es batu. S3 adalah sebuah jenjang pendidikan formal tertinggi yang membutuhkan kesiapan akal, mental dan material yang memadai. Seorang yang telah berkualifikasi S3 harus berbeda pola fikir dan cara pandangnya dengan S2 apalagi yang hanya S1. Seorang yang telah lulus S3 maka akan digelari dengan DR, seorang doktor! Sebuah prestasi yang melampaui arti prestise. Idealitas-idealitas pemikiran terkumpul untuk memuwujudkan realitas ideal yang ada di sekitarnya. Banyak ide-ide cemerlang yang harus digulirkan oleh orang yang telah menyandang gelar Doktor demi terciptanya realitas ideal tadi. Tulisan-tulisan yang berbentuk buku ataupun yang tersebar di jurnal-jurnal baik yang kelas kacangan sampai yang kaliber internasional harus dibuat, doktor getu loh! Sebagai ujung tombak dalam memanaskan gairah intelektual, seorang yang memiliki ijazah S3 harus mengobarkan semangat kemajuan intelektual!
Untuk mencapai itu bukan sesuatu yang sifatnya ready to eat layaknya merebus mie untuk bisa langsung dimakan atau tinggal duduk diam dibangku yang disediakan di restoran setelah memesan kemudian makanan siap santap datang. Maaf-maaf saja ini bukan sesuatu yang instan bung! Butuh persiapan matang yang mengorbankan banyak hal untuk mencapai idealitas itu. Fenomena yang berkembang saat ini banyak sekali doktor-doktor yang jebol dari perguruan tinggi-perguruan tinggi yang ternama maupun yang tidak bernama. Mereka lebih mengutamakan prestise daripada prestasi. Lebih gagah kalau di depan namanya tertulis DR. orang awam tentu akan memandang wah terhadap hal itu. “Malu ah kalo cuman begitu sih!”
Siapa sih yang gak kepingin kehidupan ini berjalan lebih baik, tertalu lama kita itu dijajah, terutama dijajah oleh kebodohan, keegoisan dan ketamakan yang sering kali memasung kita, terutama terpasungnya otak kita akan silaunya materi. Ayo bangkit Indonesia! Ayo bangkit doktor-doktor! Ayo bangkit calon-calon doktor! Kita Bisa!
Ya Allah kami memohon kepadaMu berkahilah ilmu yang kami peroleh, amien..

1 komentar:

M.Iqbal Dawami mengatakan...

Hmm...kayaknya ada yang tersinggung neh.. tapi apapun pendapat kang lutfi patut diapresiasi dan layak untuk dihargai, paling tidak udah berusaha mengingatkan kita semua yang hendak meneruskan S-3 (bukan dibaca estri ya)untuk benar-benar berkualitas.
Tentu saja kritik kang lutfi itu berlaku juga bagi para dosen yang digaji negara alias PNS, alias makan uang rakyat.so, jangan malas-malasan mengajar, dan berilah yang terbaik buat mahasiswanya ok! maklum, penyakit orang mapan biasanya seperti itu.